Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

PENYAKIT JANTUNG KORONER

Written By info download on 29.8.08 | 10:22 AM

APA PENYAKIT PJK ITU ?
Apa PJK ( Penyakit Jantung Koroner ) itu ?Sungguh ironis! Seluruh penduduk dunia terbelalak kaget ketika bom meledak di Legian, Bali, 12 Oktober 2002 lalu, dan menewaskan lebih dari seratus delapan puluh orang. Demikan pula halnya dengan serangan bom Amerika terhadap Irak yang mengorbankan ribuan nyawa tak berdosa. Akan tetapi, mereka tenang-tenang saja terhadap bom yang telah menewaskan jutaan orang di muka bumi yang mungkin saja juga berada di dalam tubuh mereka.

Ya, bom itu adalah penyakit jantung koroner (PJK).PJK memang pantas dijuluki sebagai bom, atau lebih tepatnya bom tubuh. Ini dikarenakan sifatnya yang progresif. Penyakit ini, jika tidak diterapi dengan baik, akan semakin gawat seiring dengan berjalannya waktu, sampai akhirnya menimbulkan sentakan yang berakhir dengan kematian mendadak.PJK telah menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di beberapa negara. Di Amerika Serikat, PJK berada di peringkat pertama. Hampir 14 juta orang Amerika menderita penyakit jantung dan hampir 500.000 orang meninggal karenanya setiap tahun. Laporan Asosiasi Jantung Amerika Serikat di Eropa menyatakan bahwa PJK tetap menjadi penyebab utama kematian pada pria yang berusia 45 tahun ke atas dan pada wanita yang berusia di atas 55 tahun. Di Malaysia, grafik populasi penderita PJK menunjukkan peningkatan yang berarti. Antara tahun 1981 sampai 1989, jumlah penderita di Malaysia meningkat dari 15,3 per 100000 penduduk menjadi 37 per 100000 penduduk. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Data khusus mengenai salah satu jenis penyakit jantung ini belum ada. Yang ada hanya data mengenai penyakit jantung secara umum yaitu menempati peringkat kedua dari penyebab kematian terbanyak di Indonesia dengan persentase 10,1 %.Apa sebenarnya PJK itu? PJK adalah salah satu dari sekian banyak penyakit jantung. Bedanya dengan yang lain yaitu bahwa PJK menyerang arteri koroner, yakni arteri yang mengalirkan nutrisi untuk sel-sel jantung. Manifestasinya berupa penyempitan arteri tersebut sehingga sel-sel jantung kurang mendapat suplai darah yang mengandung nutrisi dan oksigen. Akibat kekurangan kedua zat di atas, dalam waktu singkat jantung akan rusak dan berakibat pada kematian.Walaupun proses penyempitan arteri koroner ini bersifat sangat kompleks dan multifaktorial, namun ada beberapa hal yang sangat berpengaruh. Inilah yang dinamakan faktor-faktor resiko.Ada dua jenis faktor resiko terjadinya penyempitan arteri koroner (FRK), yaitu yang dapat dicegah dan tidak dapat dicegah. FRK yang sudah jelas tidak dapat dicegah salah satunya yaitu jenis kelamin. Statistik menyebutkan bahwa pria jauh lebih banyak menderita dari pada wanita yang belum mengalami menopause. Di sini perlu ditekankan kata wanita belum menopause. Artinya setelah wanita tersebut menopause, maka kemungkinan mendapatkan PJK menjadi sama bahkan lebih besar daripada pria.FRK lain yang tidak dapat dicegah yaitu umur dan riwayat keluarga penderita PJK. Makin tua umur seseorang, makin besar pula kemungkinannya menderita. Untuk pria dengan umur di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun, hendaklah lebih banyak memikirkan kemungkinan tersebut sehingga bisa mengambil langkah dini. Demikian pula dengan orang yang punya keluarga, terutama ayah, kakek, dan seterusnya ke atas, penderita PJK. Mereka sebaiknya mengantisipasi hal ini karena kemungkinannya menderita jauh lebih besar.Selain yang tidak dapat dicegah, adapula FRK yang dapat dihindari. Yang tersering yaitu dislipidemi, tekanan darah tinggi, penyakit gula, rokok, dan kegemukan. Pada lima faktor inilah calon penderita bisa ikut andil dalam upaya pencegahan PJK ini. Ya, walaupun sebenarnya masih banyak faktor lain, tapi cukup dengan mengatasi FRK mayor di atas, maka kemungkinan besar penyakit ini akan menghindari kita.Dislipidemi adalah ketidaknormalan kadar lemak dalam tubuh manusia. Menurut National Cholesterol Education Program (NCEP), bahaya mengancam jika kadar kolesterol total lebih dari 200 mg/dL, kadar LDL kolesterol lebih dari 130 mg/dL, HDL kurang dari 40 mg/dL, dan trigliserida lebih dari 150 mg/dL. Inilah yang terjadi pada penderita PJK. Kadar HDL mereka, yang sebenarnya berdampak positif bagi tubuh, mengalami penurunan, sedangkan kadar tiga lemak lain yang berbahaya meningkat tajam. Akibatnya, lemak-lemak berbahaya tersebut mengendap di pembuluh darah koroner dan menyebabkan kekakukan pembuluh darah. Lama-kelamaan lemak-lemak tadi semakin banyak berkumpul di koroner sehingga terjadilah penyempitan.Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan FRK kedua yang dapat dicegah. Menurut Joint National Commitee, tekanan darah dikatakan tinggi jika berada di atas 140/90. Tekanan tersebut akan memberikan beban tekanan yang besar pada dinding pembuluh darah sehingga memperbesar kemungkinan terjangkitnya PJK.FRK lainnya yaitu penyakit gula (DM), rokok, dan kegemukan. Kejadian PJK pada penderita gula lima kali lebih banyak dari yang bukan penderita. Untuk FRK rokok, kejadiannya 2-6 kali. Dan yang terakhir, kejadian untuk orang gemuk 2- 3 kali lebih banyak.Adapun gejala yang dirasakan oleh penderita PJK tergantung dari stadium penyakitnya. Pada stadium dini, ketika penyempitan masih ringan, gejalanya berupa nyeri dada sebelah kiri. Nyeri ini kadang menjalar ke lengan kiri, rahang, dan punggung. Pada stadium yang lebih lanjut, yaitu penyempitan sedang, keluhannya menjadi sesak napas dan nyeri dada yang lebih berarti sehingga terjadi kelemahan otot jantung. Akhirnya pada stadium berat, otot-otot jantung akan berhenti berfungsi atau berkontraksi dan berakibat kematian mendadak.Selain melihat gejala klinik, ada cara lain untuk mengetahui secara lebih pasti apakah seseorang menderita PJK. Menurut Prof Dr dr T Santoso SpPD KKV dari Sub-Bagian Kardiologi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, kadar P-selectin, sICAM-1, IL-6, TNF-alfa, dan CRP dalam tubuh dapat digunakan sebagai penanda. Malahan, kadar zat di atas bisa menjadi prediktor bagi orang yang masih sehat untuk mengetahui apakah nantinya akan menderita penyakit jantung tersebut atau tidak.Jika seseorang telah divonis oleh dokter menderita penyakit jantung ini, maka orang itu harus menjalani terapi sebaik-baiknya agar bisa sembuh. Kalau penyakitnya dibiarkan maka resiko terjadinya kematian sangat besar. Ada dua hal penting yang akan dilakukan dokter terhadap pasien yaitu terapi obat-obatan dan operasi. Untuk yang terakhir ini, ada dua macam yang paling terkenal, yaitu operasi pintas koroner dan balonisasi pembuluh darah arteri koroner. Prinsip operasi pintas koroner yaitu mengambil pembuluh darah dari bagian tubuh lain kemudian memasangnya secara paralel di daerah koroner untuk menggantikan fungsi koroner yang telah rusak atau tersumbat. Adapun prinsip dari operasi balonisasi arteri koroner yaitu memasukkan selang kecil melalui pembuluh darah arteri di paha atau lengan sampai ke muara pembuluh koroner di jantung. Kemudian melalui selang tadi dimasukkan selang yang lebih kecil lagi dengan balon di ujungnya. Pada koroner yang menyempit balon tadi dikembangkan sampai koroner tersebut normal kembali. Setelah itu, balon dikempiskan dan akhirnya dikeluarkan.Perlu diketahui bahwa operasi-operasi di atas masih sangat beresiko dan biayanya sangat mahal, bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Karena itu jalan terbaik adalah antisipasi sedini mungkin sebelum terkena. Dengan kata lain, mencegah memang selalu lebih baik dari pada mengobati. Caranya mudah saja, yaitu dengan pola hidup sehat.Pola hidup sehat mencakup pola makan sehat, menghindari faktor resiko yang bisa dicegah, dan aktivitas olahraga yang cukup. Dalam pola makan, janganlah terlalu banyak mengkonsumsi makanan-makanan yang bisa meningkatkan kadar kolesterol seperti makanan yang mengandung lemak tinggi, di antaranya kuning telur, daging, keju, susu murni, es krim, mentega, dan minyak kelapa.Kemudian hindarilah faktor-faktor resiko yang tadi telah disebutkan. Dislipidemi harus dinormalkan, tekanan darah dinormalkan, penyakit gula harus diawasi dan diatasi, hindari rokok, dan terakhir lawan kegemukan. Yang tidak kalah penting dalam pencegahan PJK adalah berolahraga secara teratur karena olahraga terbukti berpengaruh baik terhadap tubuh dalam hal meningkatkan curahan darah dari jantung , merangsang pengembangan pembuluh darah, menurunkan kadar lemak, mengurangi kegemukan dan memberi perasaan puas dan bahagia

10:22 AM | 0 comments

ASKEP ASMA BRONKIALE

PENYAKIT ASMA BRONKIALE
Asma Bronkial
Asma bronkial, atau lebih populer dengan sebutan asma atau sesak napas, telah dikenal luas di masyarakat. Namun pengetahuan tentang asma bronkial hanya terbatas pada gejala asma bronkial saja, diantaranya dada terasa tertekan, sesak napas, batuk berdahak, napas berbunyi (mengi), dll.

Asma bronkial merupakan salah satu Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yakni penyakit paru yang memiliki kumpulan gejala klinis (sindrom) seperti yang telah disebutkan di atas. PPOK terdiri dari:
Asma Bronkial (asma/bengek)
Bronkitis kronis (radang saluran napas bagian bawah)
Emfisema paru (penurunan daya elastisitas paru)
Faktor penyebab PPOK salah satunya adalah polusi udara yang berasal dari asap rokok, cerobong pabrik/industri, asap kendaraan bermotor. Semakin tua usia seseorang akan semakin lama menghisap udara yang berpolusi dan semakin besar kecenderungan untuk menderita sindrom PPOM.
Definisi Asma Bronkial
Penyakit asma bronkial secara umum adalah penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan:
Sesak napas/sukar bernapas yang diikuti dengan suara “mengi” (bunyi yang meniup sewaktu mengeluarkan udara/napas)
Rasa berat dan kejang pada dada sehingga napas jadi terengah-engah
Biasanya disertai batuk dengan dahak yang kental dan lengket
Perasaan menjadi gelisah dan cemas
Sedangkan berdasarkan ilmu kedokteran, penyakit asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan.
Kelainan dasar penyempitan saluran pernapasan yang berakibat timbulnya sesak napas adalah gabungan dari keadaan berikut:
Kejang/berkerutnya otot polos dari saluran pernapasan
Sembab/pembengkakan selaput lendir
Proses keradangan
Pembentukan dan timbunan lendir yang berlebihan dalam rongga saluran pernapasan
Mekanisme Terjadinya Kelainan Pernapasan
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:
Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut
Produksi kelenjar lendir yang berlebihan
Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.
Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang serius.
Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun.
Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah dalam keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta pertolongan dokter yang terdekat.
Pengenalan Jenis Serangan Asma Bronkial
Pengenalan jenis serangan asma berkaitan erat dengan cara pengobatannya. Serangan asma/bengek ada 2 macam, yaitu:

1.Serangan asma bronkial karena otot polos saluran napas yang berkerut (Asma Episodik)
Serangan asma bronkial/bengek hanya sekali-sekali, ada periode bebas sesak napas, serangan “mengi” mungkin terjadi misalnya sewaktu jogging, makan suatu makanan yang kebetulan alergi, mencium binatang piaraan, dsb.
Jenis ini memberikan respon yang baik terhadap pemberian obat pelonggar nafas hirup (inhaler) dimana merupakan obat yang paling aman dengan sedikit efek samping yang minimal. Dapat juga diberikan obat pelonggar napas dalam bentuk tablet maupun sirup.

2.Serangan asma bronkial karena proses peradangan saluran pernapasan (Continuing Asma/Asma Berkelanjutan)
Penderita asma bronkial/bengek ini tidak pernah merasakan benar-benar bebas sesak, jadi hampir setiap hari menderita “mengi”. Saluran pernapasannya mengalami keradangan sehingga mempunyai resiko untuk terjadi serangan lebih sering, walaupun telah diberikan obat pelonggar napas.
Oleh karenanya, penderita memerlukan obat tambahan berupa anti keradangan (biasanya keluarga steroid).

Pengobatan Penyakit Asma
Asma tidak bisa disembuhkan, namun bisa dikendalikan, sehingga penderita asma dapat mencegah terjadinya sesak napas akibat serangan asma.
Kurangnya pengertian mengenai cara-cara pengobatan yang benar akan mengakibatkan asma salalu kambuh. Jika pengobatannya dilakukan secara dini, benar dan teratur maka serangan asma akan dapat ditekan seminimal mungkin.
Pada prinsipnya tata cara pengobatan asma dibagi atas: 1. Pengobatan Asma Jangka Pendek2. Pengobatan Asma Jagka Panjang
Pengobatan Asma Jangka Pendek
Pengobatan diberikan pada saat terjadi serangan asma yang hebat, dan terus diberikan sampai serangan merendah, biasanya memakai obat-obatan yang melebarkan saluran pernapasan yang menyempit.
Tujuan pengobatannya untuk mengatasi penyempitan jalan napas, mengatasi sembab selaput lendir jalan napas, dan mengatasi produksi dahak yang berlebihan. Macam obatnya adalah:

A. Obat untuk mengatasi penyempitan jalan napas
Obat jenis ini untuk melemaskan otot polos pada saluran napas dan dikenal sebagai obat bronkodilator. Ada 3 golongan besar obat ini, yaitu:
-Golongan Xantin, misalnya Ephedrine HCl (zat aktif dalam Neo Napacin)
-Golongan Simpatomimetika
-Golongan Antikolinergik
Walaupun secara legal hanya jenis obat Ephedrine HCl saja yang dapat diperoleh penderita tanpa resep dokter (takaran < 25 mg), namun tidak tertutup kemungkinannya penderita memperoleh obat anti asma yang lain.

B.Obat untuk mengatasi sembab selaput lendir jalan napas
Obat jenis ini termasuk kelompok kortikosteroid. Meskipun efek sampingnya cukup berbahaya (bila pemakaiannya tak terkontrol), namun cukup potensial untuk mengatasi sembab pada bagian tubuh manusia termasuk pada saluran napas. Atau dapat juga dipakai kelompok Kromolin.

C.Obat untuk mengatasi produksi dahak yang berlebihan.
Jenis ini tidak ada dan tidak diperlukan. Yang terbaik adalah usaha untuk mengencerkan dahak yang kental tersebut dan mengeluarkannya dari jalan napas dengan refleks batuk.
Oleh karenanya penderita asma yang mengalami ini dianjurkan untuk minum yang banyak. Namun tak menutup kemungkinan diberikan obat jenis lain, seperti Ambroxol atau Carbo Cystein untuk membantu.
Pengobatan Asma Jangka Panjang
Pengobatan diberikan setelah serangan asma merendah, karena tujuan pengobatan ini untuk pencegahan serangan asma.
Pengobatan asma diberikan dalam jangka waktu yang lama, bisa berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, dan harus diberikan secara teratur. Penghentian pemakaian obat ditentukan oleh dokter yang merawat.
Pengobatan ini lazimnya disebut sebagai immunoterapi, adalah suatu sistem pengobatan yang diterapkan pada penderita asma/pilek alergi dengan cara menyuntikkan bahan alergi terhadap penderita alergi yang dosisnya dinaikkan makin tinggi secara bertahap dan diharapkan dapat menghilangkan kepekaannya terhadap bahan tersebut (desentisasi) atau mengurangi kepekaannya (hiposentisisasi).

10:19 AM | 0 comments

ASKEP DHF / DEMAM BERDARAH

Written By info download on 28.8.08 | 12:29 PM

DEMAM BERDARAH DENGUE
Demam dengue (dengue fever, selanjutnya disingkat DD) adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa ruam, dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap, trombositopenia ringan, dan petekie spontan. Demam berdarah dengue (atau Dengue Haemorrhagic Fever, selanjutnya disingkat DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome, selanjutnya disingkat DSS) ialah penyakit DBD yang disertai renjatan.

PatogenesisVirus dengue dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala sebagai DD. Apabila orang itu mendapat infeksi berulang oleh tipe virus dengue yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda. DBD dapat terjadi bila seseorang yang telah terinfeksi dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Virus akan bereplikasi di nodus limfatikus regional dan menyebar kejaringan lain, terus ke sistem retikuloendotelial dan kulit secara bronkogen maupun hematogen. Tubuh akan membentuk kompleks virus-antibodi dalam sirkulasi darah sehingga akan mengaktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a sehingga permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat. Akan terjadi juga agregasi trombosit yang melepaskan ADP, trombosit melepaskan vasoaktif yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor 3 yang merangsang koagulasi intravaskular. Terjadinya aktivasi faktor Hageman (faktor XII) akan menyebabkan pembekuan intravaskular yang meluas dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Manifestasi KlinisGambaran klinis amat bervariasi, dari yang ringan, sedang seperti DD, sampai ke DBD dengan manifestasi demam akut, perdarahan, serta kecenderungan terjadi renjatan yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.Pada DD terdapat peningkatan suhu secara tiba-tiba, disertai sakit kepala, nyeri yang hebat pada otot dan tulang, mual kadang muntah, dan batuk ringan.Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supraorbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila tendon dan otot perut ditekan. Pada mata dapat ditemukan pembengkakan, injeksi konjungtiva, lakrimasi, dan fotofobia. Otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem dapat muncul pada awal demam yang terlihat jelas di muka dan dada, berlangsung beberapa jam kemudian akan muncul kembali pada hari ke-3-6 berupa bercak petekie di lengan dan kaki lalu ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam berkurang dan cepat menghilang, bekas-bekasnya kadang terasa gatal. Pada sebagian pasien dapat ditemukan kurva suhu yang bifasik. Dalam pemeriksaan fisik pasien DD hampir tidak ditemukan kelainan. Nadi pasien mula-mula cepat kemudian menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap beberapa hari dalam masa penyembuhan. Dapat ditemukan lidah kotor dan kesulitan buang air besar. Pada pasien DBD dapat terjadi gejala perdarahan pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis, melena, dan epistaksis. Hati umumnya membesar dan terdapat nyeri tekan yang tidak sesuai dengan beratnya penyakit. Pada pasien DSS, gejala renjatan ditandai dengan kulit yang terasa lembab dan dingin, sianosis perifer yang terutama tampak pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki, serta dijumpai penurunan tekanan darah. Renjatan biasanya terjadi pada waktu demam atau saat demam turun antara hari ke-3 dalam hari ke-7.
DiagnosisKriteria klinis DD, adalah:1. Suhu badan yang tiba-tiba meninggi2. Demam yang berlangsung hanya beberapa hari3. Kurva demam yang menyerupai pelana kuda4. Nyeri tekan terutama di otot-otot dan persendian5. Adanya ruam-ruam pada kulit6. Leukopenia.Kriteria klinis DBD menurut WHO 1986, adalah:1. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara drastis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian, dan kepala.2. Manifestasi perdarahan, seperti uji turniket positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.3. Pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.4. Dengan/tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis yang buruk.5. Kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.Derajat beratnya DBD secara klinis dibagi sebagai berikut:1. Derajat I (ringan), terdapat demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala klinis lain dengan manifestasi perdarahan teringan, yaitu uji turniket positif2. Derajat II (sedang), ditemukan pula perdarahan kulit dan manifestasi perdarahan lain.3. Derajat III, ditemukan tanda-tanda dini renjatan.4. Derajat IV, terdapat DSS dengan nadi dan tekanan darah yang tak terukur.Diagnosis klinis perlu disokong pemeriksaan serologi.Pemeriksaan Penunjang1. Darah. Pada DD terdapat leukopenia pada hari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa pembekuan masih normal, masa biasanya memanjang, dapat ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan XII. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. SGOT, serum glutamik piruvat transaminase (SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningkat, reverse alkali menurun.2. Air seni. Mungkin ditemukan albuminuria ringan.3. Sumsum tulang. Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke-5 dengan gangguan maturasi dan pada hari ke- 10 sudah kembali normal untuk semua sistem.4. Uji serologia. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan komplemen (PK), uji netralisasi (NT), dan uji dengue blot. Pada uji ini dicari kenaikan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali.b. Uji serologi memakai serum tunggal, yaitu uji dengue blot yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini yang dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue.5. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.Diagnosis Banding1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan infeksi bakteri maupun virus, seperti bronkopneumonia, kolesistitis, pielonefritis, demam tifoid, malaria, dan sebagainya.2. Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan DBD.3. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan leptospirosis.4. Pada meningitismeningokok dan sepsis terdapat perdarahan di kulit.5. Penyakit-penyakit darah seperti idiophatic thrombocytopenic purpurae, leukemia pada stadium lanjut, dan anemia aplastik.6. Renjatan endotoksik.7. Demam chikungunya.PenatalaksanaanPenatalaksanaan DD atau DBD tanpa penyulit adalah:1. Tirah baring2. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah garam.3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena bahaya perdarahan.4. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan:1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi.2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, laktat Ringer yang dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg berat badan dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.PrognosisKematian karena demam dengue hampir tidak ada. Pada DBD/DSS mortalitasnya cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta menunjukkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan daripada anak-anak

12:29 PM | 0 comments

Download Askep Format PDF

Tambahan Duit

Download Askep Format MS. Word